cover
Contact Name
Ratih Oktarina
Contact Email
jurnal.eki@cheps.or.id
Phone
+6281235134100
Journal Mail Official
jurnal.eki@cheps.or.id
Editorial Address
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 25278878     EISSN : 25983849     DOI : 10.7454
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, Jurnal EKI, presents scientific writings on information and updates of health economic in collaboration with Centre for Health Economic and Policy Studies (CHEPS) Universitas Indonesia and INAHEA (indonesian Health Economic Association). Jurnal EKI is published four times (four number) annually (per volume) in two languages (Bahasa Indonesia and English) electronically and printed. It includes research findings, case studies, and conceptual fields, namely: health economic, health insurance, health administration/policy, pharmaco-economic, and Health Technology Assessment (HTA).
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 3 (2017)" : 6 Documents clear
Biaya Satuan dan Pemulihan Biaya (Cost Recovery Rate) Layanan Pasien Acute Coronary Syndrome dengan Rawat Inap di Rumah Sakit X Tahun 2015 Anna Aurelia; Eka Pujiyanti
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.242 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1778

Abstract

Abstrak Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit kelas C di Jakarta Selatan yang mengalami lonjakan pasien sejak diber­lakukannya rujukan berjenjang oleh BPJS. Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan pasien dengan kegawatdaru­ratan medis yang membutuhkan penanganan intensif di ICU. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 menggunakan metode Activity Based Costing. Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya satuan untuk menyelenggarakan pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 adalah Rp 6.083.444,-. Diperoleh hasil analisis Cost Recovery Rate untuk pasien umum adalah 227.98 % dan pasien BPJS adalah 71.38 %. Disarankan agar Rumah Sakit X mengembangkan clinical pathway untuk penyakit ACS sebagai panduan tindakan dan hari rawat pasien, dan merekrut dokter tetap untuk pengendalian biaya operasional.Abstract X Hospital is a Class C Hospital in South Jakarta, which experiencing a substantial increased number of patients since the BPJS has implemented the referral system. Acute Coronary Syndrome (ACS) patient is a patient with a medical emergency require intensive treatment in the ICU. The purpose of this study was to analyze the cost for hospitalized ACS patients at X Hospital in 2015 using activity based costing. The study revealed that the unit cost of hospitalized ACS patients at X Hospital in 2015 was Rp 6.083.444,-. The Cost Recovery Rate for patients with fee-for-service was 227.98% and for BPJS patient was 71.38%. This study suggested the hospital to develop clinical pathway for ACS guidance, as well as recruiting full time doctors.
Strategi Pemasaran Pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis di Klinik Khusus Ginjal X Batam Tahun 2016 Bertha Toha; Vetty Yulianty Permanasari
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.493 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1779

Abstract

Abstrak Saat ini hanya 53% pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang dapat mengakses dialisis dan sebagian besar menjalani HD, pada­hal biaya untuk melaksanakan CAPD lebih murah dibandingkan HD (P2JK, 2016). Pelayanan CAPD di Klinik Khusus Ginjal X Batam sudah dimulai sejak tahun 2010, namun jumlah pasien CAPD hanya 3% dari total pasien GGT di klinik tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Strategi Pemasaran Pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis di Klinik Khusus Ginjal X Batam Tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Instrument dan Tahapan analisis yang digunakan adalah strategi Fred R. David yang kemudian dilanjutkan dengan Segmenting, Targeting dan Positioning, lalu menentukan bauran pemasaran (Product, Promotion, Price, Place, People, Physical evidence, Process, Customer Service). Klinik telah menetapkan tarif pelayanan yang disesuaikan dengan tarif paket INA-CBG’s, namun belum melakukan perhitungan biaya satuan. Strategi Pemasaran yang layak dan sesuai dengan analisis situasi adalah: Market Penetration dan Product Development. Pemasaran produk pelayanan di Klinik Khusus Ginjal X Batam dapat berupa periklanan melalui berbagai media seperti talk show di radio, talk show di stasiun televisi di kota Batam, dan leaflet; penyeba­ran leaflet di ruangan pelayanan Ilmu Penyakit Dalam; promosi penjualan, dan pembinaan dokter puskesmas. Selain itu bisa dilakukan promosi secara online. Untuk menghindari terjadinya asimetric information, maka dokter penanggungjawab mem­berikan edukasi yang komprehensif terhadap terapi CAPD. Abstract Currently only 53% of patients with end-stage renal disease that can access dialysis and mostly get Hemodialysis (HD), whereas the cost to Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) cheaper than HD (Ministry of Health, 2016). Services of CAPD in Clinic for Kidney Disease X. Batam began since 2010, but the number of CAPD patients only 3% of the end stage renal disease patients there. The purpose of this study to analyze the Marketing Strategy of Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis Services at the Clinic for Kidney Disease X Batam Year 2016. The design of the study is an analytic descriptive with quantitative and qualitative approaches. Stages of analysis used Fred R. David strategies and followed by Segmenting, Targeting and Positioning, and then determine the mar­keting mix (Product, Promotion, Price, Place, People, Physical Evidence, Process, Customer Service). The Clinic has set tariffs adjusted rates INA-CBG’s package but has not calculated the cost of the unit. A Marketing strategy that good and proper with the analysis of the situation are: Market Penetration and Product Development. Product marketing services in Clinic for Kidney Disease X Batam can be advertised through various media such as radio talk shows, Local Batam station of television talk shows and leaflets; distribute leaflets in the service room of Medicine; sales promotion, and training for doctors in health primary care. In addition, promotion of CAPD can use online or social media. In order to avoid asimetric information, the doctors have responsible for giving a comprehensive education on CAPD therapy.
Analisis Implementasi Kebijakan Rujuk Balik Diabetes Melitus di Puskesmas X Kota Tangerang Selatan Aries Hamzah; Wahyu Sulistiadi
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.193 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1780

Abstract

Abstrak Peningkatan Prevalensi Diabetes Melitus akan berdampak kepada tingginya pembiayaan kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional. Peran Puskesmas sebagai ujung tombak pelayananan kesehatan dalam implementasi rujuk balik Diabetes menjadi sangat penting. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas implementasi kebijakan rujuk balik Diabetes Melitus di Puskesmas X tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Desain Studi content analysis dan metode triangulasi. Data primer didapatkan dengan waw¬ancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan pengamatan di lapangan. Data sekunder didapatkan dari dokumen kebijakan dan literatur. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidakefektifan implementasi kebijakan rujuk balik Diabetes Melitus di Puskesmas X. Hasil peneli¬tian ini merekomendasikan untuk menyempurnakan kembali regulasi yang ada selama ini agar rujuk balik diabetes mellitus dapat berjalan efektif dan tidak terjadi kesenjangan dalam implementasi kebijakan rujuk balik diabetes di masa mendatang. Abstract The Increasing of Prevalence of Diabetes Mellitus will increase health expenditure in Universal Health Coverage (JKN). The role of health primary care as the front side in health services on back referral for Diabetes disease becomes very important. The purpose of this study was to determine the effectiveness of policy implementation in Diabetes Mellitus back referral behind PHC X 2014. This study used a qualitative approach to the study design content analysis and triangulation methods. Primary data obtained by in-depth interviews, focus groups, and observations in the field. Secondary data were obtained from policy documents and literature. The results showed ineffectiveness of policy implementation in Diabetes Mellitus back referral in X Primary Health Care. This study recommends to revise and make the existing regulations comprehensive in order to the implementation can be effective and further, there is no gap in Diabetes back referral policy implementation.
Cost Effectiveness Analysis Between Hemodialysis and Peritoneal Dialysis Elsa Novelia; Ryan Rachmad Nugraha; Hasbullah Thabrany
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.88 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1776

Abstract

Abstract The number of patients with End Stage Renal Disease (ESRD) in Indonesia is growing. Increasing prevalence of hypertension and diabe­tes mellitus contributes to higher prevalence of ESRD. The majority of patients (94%) with ESRD are undertaking hemodialysis (HD) at public and private hospitals. However, continuous ambulatory Peritoneal Dialysis (PD) has been prescribed to small portion of patients with ESRD. The aim of this study was to examine the cost effectiveness between HD and PD on ESRD patients. This study compared 78 HD patients at Hospital X in Bogor and 10 PD patients at Hospital Y in Jakarta. Patient’s quality of life (QoL) was measured using SF 36 questionnaires. The costs were measured by direct medical costs using CBGs prices, direct non-medical costs (transportation, food for patient and family), and indirect medical costs (opportunity costs). The study found that the HD cost per year per patient was IDR 133.4 million and the comparative cost for PD was IDR 81.7 million. The study found lower QoL of HD patients (46.2%) com­pared to QoL of PD patients (90%). In addition, PD patients had significant better quality of physical activities, emotional states, social function, and sanity. The study found the incremental costs for to HD to reach similar emotional states was IDR 2.0 million compared to PD and IDR 1.8 million for extra physical role gained. It is concluded that PD was more cost-effective than HD in achieving a certain level of quality of life among patients with ESRD in two hospitals in Indonesia. Abstrak Jumlah pasien Gagal Ginjal Stadium Akhir (GGSA) di Indonesia terus meningkat. Meningkatnya prevalensi hipertensi dan diabetes mellitus (DM) berkontribusi terhadap prevalensi kasus GGSA. Mayoritas pasien (94%) dengan GGSA menjalani terapi hemodialisis (HD) baik pada Rumah Sakit (RS) swasta ataupun pemerintah. Bagaimanapun, dialisis peritoneal ambula­tori berkelanjutan (continuous ambulatory peritoneal dialysis/CAPD) telah diberlakukan pada sebagian kecil pasien dengan GGSA. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengukur efektivitas harga dari HD dan CAPD pada pasien GGSA. Studi memband­ingkan 78 pasien HD di RS X Bogor dan 10 pasien CAPD pada RS Y Jakarta. Kualitas hidup pasien diukur menggunakan kue­sioner 36. Biaya diukur dengan biaya langsung medis (menggunakan harga CBGs), biaya langsung non-medis (transportasi dan biaya makan), serta biaya medis tidak langsung (biaya kesempatan). Studi menunjukkan bahwa HD membutuhkan biaya Rp 133,4 juta per orang per tahunnya, dibandingkan dengan CAPD sebanyak Rp 81,7 juta. Studi menemukan kualitas hidup yang lebih rendah pada pasien HD (46,2%) dibanding CAPD (90%). Selain itu, pasien CAPD memiliki kualitas yang lebih baik dari segi aktivitas fisik, status emosi, fungsi sosial, dan kejiwaan. Studi menemukan bahwa harga inkremental HD, untuk men­capai status emosional yang sama, dibanding CAPD yakni sebanyak 2 juta rupiah; dan 1,8 juta rupiah untuk mencapai peran fisik bila HD dibanding dengan CAPD. Dapat disimpulkan bahwa CAPD lebih efektif dari segi biaya dibanding HD dalam mencapai tingkatan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien-pasien GGSA di dua RS di Indonesia.
Analisis Minimisasi Biaya Amlodipin Generik dan Bermerk pada Pengobatan Hipertensi di RS X Pekanbaru Tahun 2015 Hanny Merliana
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.74 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1775

Abstract

Abstrak Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi kejadian sebesar 25% ser­ta kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Amlodipine adalah salah satu obat hipertensi yang paling sering direse­pkan di RS X Pekanbaru. Untuk itu,dipandang perlumelakukan analisis minimisasi biaya dari pengggunaan amlodipine generik dan bermerek sebagai bentuk kendali mutu dan kendali biaya.Penelitian ini merupakan studi retrospektif yangmenggunakan data pasien hipertensi ringan sampai sedang dan periode pengobatan selama 1 bulan dari bulan Januari sampai Desember ta­hun 2015. Analisa CMA berdasarkan perspektif provider (rumah sakit sebagai pemberi pelayanan).Hasil analisis data ditemu­kan bahwa penggunaan amlodipin generik lebih banyak dibandingkan penggunaan obat bermerk di Poli Jantung dan Penyakit Dalam RS. X.Rerata biaya pengobatan dengan amlodipin generik Rp 68.660,- per bulan sedangkan dengan amlodipin ber­merk sebesar Rp. 374.844.- atau sekitar 5,4 kali lebih tinggi dari amlodipin generik. Penggunaan amlodipin generik maupun bermerk menurukan tekanan darah secara bermakna, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antas penurunan tekanan darah yang dicapai dengan pemberian amlodipin generik maupun amlodipin bermerk. Disimpulkan bahwa amlodipin generik merupakan pilihan yang efisien dalam menurunkan tekanan darah dan memiliki biaya yang lebih efisien dibandingkan dengan amlodipin bermerk.Abstract Hypertension in a big challenge in Indonesia, proven by its prevalence that reached 25% in 2013 and conditions that mostly found in primary health care. In addition, hypertension management is considered to be suboptimal despite the availability of effective drugs. Amlodipine is one of anti-hypertensive that is commonly prescribed by X Hospital, Pekan Baru. Therefore, it is important to do cost minimization analysis to compare both generic and branded Amlodipine as an implementation of cost and quality control. This ret­rospective study involved early and medium stage of hypertensive patients that have at least a month period of treatment from Jan­uary to December 2015 using provider’s perspectives of CMA (Cost Minimization Analysis). The result showed that generic form of Amlodipine is the most common anti-hypertensive drugs prescribed in Cardiology and Internal Medicine Clinic, X Hospital. It was suggested that average cost of generic form of Amlodipine was IDR 68.660 while branded one was IDR 374.844 or approximately 5.4 times higher. Both generic and branded Amlodipine significantly reduced blood pressure, but there was not any distinguish effect between them. It was concluded that generic form of Amlodipine was a less expensive and efficient choice in reducing blood pressure.
Analisis Biaya Akibat Sakit serta Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Penyakit Jantung Lusiani Septika Sari
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.322 KB) | DOI: 10.7454/eki.v1i3.1777

Abstract

Abstrak Indonesia merupakan negara terbanyak keempat kematian akibat diabetes Mellitus dan penyakit jantung diantara nega­ra-negara Asia Tenggara. Biaya akibat sakit diabetes mellitus dan jantung membutuhkan biaya tertinggi jika dibandingkan dengan kombinasi penyakit diabetes mellitus dengan penyakit kronik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gam­baran biaya akibat sakit serta kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung dengan sampel 110 orang di RSUD X Bengkulu. Desain studi penelitian cross sectional, data primer dikumpulkan dengan teknik survei meng­gunakan kuesioner yang terstruktur dan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen rekam medik pasien serta doku­men penunjang lainnya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Populasi adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung yang melakukan kunjungan rawat jalan di RSUD X Bengkulu, jumlah sampel 110 pasien. Rata-rata biaya pasien akibat sakit diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung selama setahun adalah Rp. 6.081.572 dimana komposisi biaya langsung adalah (81,54%) dan biaya tidak langsung (18,46%). Proporsi terbesar adalah biaya obat (37,05%). Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya akibat penyakit tersebut adalah Lama Hari Rawat (LHR) dan je­nis pekerjaan sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah Lama/durasi sakit. Disarankan agar RSUD. X Bengkulu menyusun clinical pathway dan formularium rumah sakit. Pemerintah perlu merevisi formularium nasional dengan memperhatikan kondisi lokal dan mengembangkan program peningkatan kualitas hidupAbstract Indonesia is the fourth most deaths due diabetes mellitus and heart disease among south Asia countries. Cost of illness from diabetes mellitus with heart disease is the highest cost if it is compared with combination of diabetes mellitus with other chronic disease. This study with 110 patients as samples is aiming to describing the cost of illness and quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus with heart disease in X public hospital. With cross sectional research design, primary data is collected with survey technique that uses structured questionnaire and secondary data is obtained through medical record document review along with another supporting doc­ument. This research has been done from March until May in 2014. The population is all type 2 diabetes mellitus patient with heart disease who was doing in-patient visit in X Bengkulu, the number of sample was 110 patients. The annual cost of illness due to type 2 diabetes mellitus with heart disease per patient was Rp. 6,081,572, with direct cost is reached (81.54%) and indirect cost (18.46%). The largest proportion of the cost was drug (37.05%). Factors that affect COI were Length of Stay (LOS) and the type of work, and factor affect quality of life was duration of illness. It is recommended that X Public Hospital Bengkulu should prepare clinical pathways and hospital formulary. The central government needs to revise national formulary with considering variability of country situation and develop program to improve quality of DM patient.

Page 1 of 1 | Total Record : 6